Sistemkoordinasi terbagi menjadi 3, yaitu sistem saraf, sistem indera dan sistem hormon. Sistem saraf. Fungsi dari sistem saraf adalah. • Memelihara fungsi tubuh. • Mengatur kontraksi otot. • Mengatur perubahan alat-alat tubuh bagian dalam yang berlangsung secara cepat. • Mengatur sekresi beberapa kelenjar endokrin.
Mahasiswa/Alumni Universiras Terbuka Surakarta16 Februari 2022 1136Hai Cara M, kakak bantu jawab yaa. Jawaban untuk soal ini adalah 1. Musik internal adalah salah satu musik iringan tari yang berasal dari anggota tubuh manusia. 2. Musik eksternal adalah jenis musik iringan bunyi, musik, dan suaranya berasal dari hal-hal yang di luar tubuh manusia. Yuk, simak penjelasan berikut ini Musik adalah komponen utama yang digunakan dalam sebuah seni tari. Musik yang digunakan dalam tarian disebut sebagai musik iringan tari. Musik iringan tari adalah bentuk musik pengiring yang sudah terpola dari segi birama, harmoni, tempo, dinamika, ritmis, dan melodinya. Jenis musik iringan meliputi 1. Musik internal adalah salah satu musik iringan tari yang berasal dari anggota tubuh manusia. 2. Musik eksternal adalah jenis musik iringan bunyi, musik, dan suaranya berasal dari hal-hal yang di luar tubuh manusia. Fungsi musik iringan antara lain - Mengiringi suatu penyajian atau penampilan tari. - Menambah semarak atau dinamisnya suatu tarian. - Mengendalikan dan memberikan tanda perubahan bentuk gerak. - Penuntun dan pemberi tanda awal dan akhir tari. Jadi, jawaban yang benar adalah 1. Musik internal adalah salah satu musik iringan tari yang berasal dari anggota tubuh manusia. 2. Musik eksternal adalah jenis musik iringan bunyi, musik, dan suaranya berasal dari hal-hal yang di luar tubuh manusia. Semoga membantu Ÿ™ Testisdisebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ kecil dengan diameter sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis membutuhkan suhu lebih rendah dari suhu badan agar dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu, testis terletak di luar tubuh atau lebih tepatnya di dalam skrotum. Ukuran dan posisi testis sebelah kanan dan kiri berbeda. Kehidupan musik pada masyarakat Minangkabau tidak terlepas adanya peranan serta fungsi yang melekat pada kesenian Randai. Melalui pendekatan etnomusikologi, tulisan ini menelaah peranan musik internal dan eksternal dalam kesenian Randai. Kesenian ini menggunakan medium seni ganda atau kolektif karena didukung oleh beberapa cabang seni antara lain tari, musik, teater, sastra, dan rupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik iringan dalam Randai terbagi menjadi dua, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh manusia penari, misalnya tepukan tangan, petik jari, tepuk dada, siulan, hentakan kaki ke tanah dan sebagainya, sedangkan musik eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen seperti talempong, gandang, saluang, dan rabab. The Role of Internal and External Music in the Arts of Randai. The musical life in Minangkabau society is inseparable from its roles and functions which attach to the arts of Randai. Through the ethnomusicology approach, this paper examines the role of internal and external music in the art of Randai. Considering its sustainability and amendment, the musicality is the identity of Minangkabau society so that the sustainability of the music can be run in accordance with the dynamics of society today. Among the types of arts in Minangkabau, Randai is an art form that uses multiple or collective art medium for it is supported by several branches of the arts, including dance, music, theater arts, literary arts, and fine arts. The results of this study is more focused on the art of music. Musical accompaniment in Randai is divided into two, namely internal and external music. The internal music is the music or the sounds that come from the human body a dancer, for example, clapping, finger picking, patting the chest, whistling, stomping on the ground, and so on, while the external music is the sounds emanating from the tools of music or instruments, such as talempong, gandang, saluang, and rabab. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 152Musik Internal dan Eksternal dalam Kesenian RandaiSri Rustiyanti1Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Budaya Indonesia ISBI BandungABSTRAKKehidupan musik pada masyarakat Minangkabau tidak terlepas adanya peranan serta fungsi yang melekat pada kesenian Randai. Melalui pendekatan etnomusikologi, tulisan ini menelaah peranan musik internal dan eksternal dalam kesenian Randai. Kesenian ini menggunakan medium seni ganda atau kolektif karena didukung oleh beberapa cabang seni antara lain tari, musik, teater, sastra, dan rupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik iringan dalam Randai terbagi menjadi dua, yaitumusik internal dan musik eksternal.Musik internaladalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh manusia penari, misalnya tepukan tangan, petik jari, tepuk dada, siulan, hentakan kaki ke tanah dan sebagainya, sedangkanmusik eksternaladalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen seperti talempong, gandang, saluang, dan kunci musik internal, musik eksternal, Randai, MinangkabauABSTRACTe Role of Internal and External Music in the Arts of Randai. e musical life in Minangkabau society is inseparable from its roles and functions which attach to the arts of Randai. rough the ethnomusicology approach, this paper examines the role of internal and external music in the art of Randai. Considering its sustainability and amendment, the musicality is the identity of Minangkabau society so that the sustainability of the music can be run in accordance with the dynamics of society today. Among the types of arts in Minangkabau, Randai is an art form that uses multiple or collective art medium for it is supported by several branches of the arts, including dance, music, theater arts, literary arts, and ne arts. e results of this study is more focused on the art of music. Musical accompaniment in Randai is divided into two, namely internal and external music. e internal music is the music or the sounds that come from the human body a dancer, for example, clapping, nger picking, patting the chest, whistling, stomping on the ground, and so on, while the external music is the sounds emanating from the tools of music or instruments, such as talempong, gandang, saluang, and rabab. Keywords internal music, external music, Randai, MinangkabauVol. 15 No. 2, Desember 2014 152-162Alamat korespondensi Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung. Jln. Buah Batu Bandung. Hp 081221418454. Email rustiyantisri Permainan anak nagari atau juga dikenal se-bagai kesenian rakyat dalam bentuk musik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu 1 kelompok vokal/dendang yang disebut musik internal, dan 2 kelompok instrumental/karawitan yang disebut musik eksternal Kartomi, 1990. Pada dasarnya Randai dapat diiringi alat-alat musik tradisional atau tidak sama sekali. Kesenian Randai dapat di-iringi hanya musik internal saja, dibangun oleh penari galombang randai yang merupakan gerak bercirikan pencak silat dan selalu dilakukan dalam pola lantai tunggal, yaitu lingkaran dari awal sam-pai akhir pertunjukan Randai. Bentuk gerak galom-bang randai ini tampak jelas yang selalu dilakukan dalam lingkaran gerakan pencak dengan langkah maju atau mundur, ke dalam memperkecil ling-karan, atau sebaliknya ke luar membuat lingkaran lebih besar. Dengan bentuk lingkaran ini, setiap pemain merasakan persamaan dan kebersamaan dalam kelompok tanpa ada batas antara pemain yang satu dengan pemain yang lain. Kesenian Randai sebagai salah satu warisan 153Vol. 15 No. 2, Desember 2014tradisi budaya Minangkabau berkaitan dengan seni bunyi-bunyian dan dendang hingga kini masih terlihat eksis. Keberadaannya tidak saja didukung oleh masyarakat Minangkabau yang berdomisili di wilayah Sumatra Barat saja, tetapi termasuk wilayah persebaran sampai menembus batas-batas wilayah etnogranya. Dengan perkataan lain, kesenian Randai dapat hidup dan berkembang di luar wilayah budaya Minangkabau, bahkan di negara atau benua lain dengan masyarakat pendukungnya masing-masing. Perkembangan seni tradisi Minangkabau berjalan tidak sepesat seperti di Jawa. Hal ini disebabkan karena macetnya upaya-upaya pelesta-rian yang seharusnya dilakukan oleh berbagai pihak yang berkompeten Julius, 2007 25. Walaupun demikian, kondisi ini tidak berarti bahwa upaya pelestarian kesenian tradisi itu tidak ada sama sekali. Beberapa pihak telah melakukan berbagai upaya, seperti memberikan idiom-idiom baru terhadap kesenian tradisi supaya lebih dapat dicerna dan diterima masyarakat generasi sekarang. Salah satu kesenian tradisi yang sudah mendapat kesempatan dikembangkan dengan kreasi baru adalah kesenian Randai, yang dikenal tidak hanya sebagai pamenan anak nagari kesenian rakyat, tetapi juga dikenal sebagai seni pertunjukan. Pendukung musik Randai, terbagi menjadi dua bagian, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal yaitu musik yang dilahirkan atau dibangun oleh penari anggota tubuh manusia, seperti bunyi dari tapuak galembong tepuk pada celana yang mempunyai pisak yang lebar, tepuk tangan, tepuk paha, tepuk kaki, tepuk siku, petik jari, dan hentakan kaki. Bunyi tersebut dapat menghasilkan tempo, dinamika, dan ritme yang menarik dan atraktif. Adapun musik eksternal yaitu alat-alat musik tradisional Minangkabau, seperti saluang, bansi, talempong, dan gandang. Kehadiran bunyi musik tradisional memang tidak mutlak meskipun cukup penting sebagai pemberi semangat dalam galombang randai, sehingga menjadi lebih hidup dan bergairah. Selain difungsikan untuk mengiringi gerak galombang, juga berperan untuk membuka dan menutup acara pertunjukan Randai. Alat musik pemanggil dalam pertunjukan Randai sebagai pemberitahu bahwa akan diadakan pertunjukan Randai di suatu tempat. Pemain musik tersebut terdiri atas seorang peniup sarunai, tiga orang pemukul talempong, dan sepuluh orang pemukul tambur masing-masing pemukul tambur membawa sebuah tambur yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Sebagai seni sastra, Randai adalah cerita yang unik, ia bukan saja untuk dibaca, melainkan untuk dipertunjukkan sebagai tontonan. Salah satu bentuk sastra Minangkabau yang paling populer yaitu pantun. Pantun sering digunakan untuk percakapan dalam cerita Randai, percakapan sehari-hari, hiasan berpidato, dalam dendang, dan sebagainya. Pantun dalam Randai terdiri atas beberapa baris dengan jumlah selalu genap. Baris pertama dari permulaan merupakan sampiran dan bagian baris berikutnya adalah isi pantun yang sebenarnya. Bentuk pantun bermacam-macam, ada yang hanya terdiri atas dua baris, ada pula yang terdiri atas enam sampai dua belas baris. Irama alunan dendang dalam Randai pada umumnya berbentuk pantun, syair, talibun, seloka, dan prosa liris, yang secara keseluruhan disebut dengan istilah gurindam randai. Kelima bentuk gurindam tersebut dipakai dalam dendang Randai sebagai musik internal yang dilakukan oleh pendendang dan penari galombang randai. Dendang yang mempunyai irama melodi yang panjang, gurindamnya biasanya berbentuk talibun, yaitu sejenis pantun yang mempunyai baris lebih dari empat. Kalau isi dendang mengisahkan suatu cerita adegan, maka gurindamnya berbentuk prosa liris, karena bentuk gurindam ini tidak terikat oleh baris dan sajak bunyi tiap-tiap baris. Dengan demikian, penggunaan bentuk gurindam disesuaikan menurut jenis dendang yang digunakan. Ada permasalahan yang menarik untuk dicari jawabannya dalam tulisan ini, yaitu 1 bagaimana peranan musik internal dan eksternal dalam kesenian Randai pada masyarakat pendukungnya, 2 mengapa masyarakat Minangkabau masih mendukung kesenian Randai, dan 3 faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap keberlangsungan dan perubahan musik dalam kesenian Randai. Untuk menjawab permasalahan ini, konsep musik sebagai kebudayaan dan hubungan dengan studi musik dan budaya tulisan Merriam 1964 32 dapat menuntun dalam 154Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian Randaimelihat permasalahan tersebut. Menurutnya, setiap sistem musik didasarkan atas serangkaian konsep-konsep yang berhubungan dengan aktivitas masyarakat serta menempatkannya pada fenomena Alat Musik dalam RandaiPeranan alat musik dalam kesenian Randai pada hakikatnya adalah sebuah komposisi bunyi yang cukup sederhana dengan strukturnya, dan tidak semua alat musik dapat sesuai dan dipakai sebagai musik pengiring Randai. Kalau diamati hubungan gerak dan musik pada kesenian Randai, maka musik berperan sebagai berikut 1 sebagai partner galombang randai tari, yaitu memberikan pola-pola ritme dan melodi yang sesuai dengan tuntutan irama gerak galombang; 2 sebagai latar belakang gerak tokoh lakon cerita Randai; 3 memberikan ilustrasi suasana adegan sesuai dengan aspek-aspek dramatis yang terdapat dalam cerita Randai. Musik seringkali diciptakan untuk memenuhi kebutuhan dramatis panggung, artinya sebagai pelengkap emosional untuk saat-saat penting dalam sebuah karakter lakon cerita Randai. Jika ada musik yang mengiringi dialog, maka terlebih dahulu pemain musik harus mengetahui kecepatan pengucapan dialog naskah Randai, keheningan gerakan-gerakan yang akan dipakai, sehingga musik dapat sesuai sampai ke hal-hal yang detail dengan pementasan tersebut. Apabila musik tidak sesuai dengan detail adegan cerita Randai, maka efek musiknya mungkin akan bertentangan atau ditempatkan pada posisi yang salah. Secara musikal penggarapan alat-alat musik dalam Randai, terdapat tiga cara yaitu 1 Menghitung jumlah ketukan pada setiap pengulangan, perubahan gerak galombang, atau dapat juga dengan mengambil musik yang telah ada kemudian mencocokkan dengan jumlah ketukan gerak galombang tersebut; 2 Gerak galombang yang tidak mempunyai ritme ritme bebas yang tidak dapat ditentukan ketukannya, dapat diiringi dengan dendang yang tidak mempunyai ritme pula, seperti pada dendang Banda Sapuluah/Palayaran dendang yang bersifat ratok/ratap; 3 Apabila terjadi perubahan baik pada gerak galombang maupun gerak musik, harus dengan memberi kode-kode tertentu. Kadang-kadang antara musik dan gerak bersifat kontras, maksudnya gerak yang mempunyai ketukan teratur/terikat diiringi dengan musik yang ketukannya bebas atau sebaliknya. Berdasarkan teori fungsi menurut Merriam 1964 219-227 membagi fungsi musik dalam berbagai peranan musik dapat diterapkan pada kehidupan masyarakat, dan mempunyai nilai fungsi yang dibuat dapat berlaku secara universal. Dirumuskan sepuluh macam fungsi musik dalam masyarakat yaitu sebagai 1 ekspresi emosional, 2 kenikmatan estetik, 3 hiburan, 4 komunikasi, 5 representasi simbolis, 6 reaksi jasmani, 7 memperkuat penyesuaian dengan norma-norma sosial, 8 pengesahan institusi sosial dan ritual agama, 9 sumbangan pada pelestarian dan stabilitas kebudayaan, dan 10 sumbangan bagi integritas sosial. Oleh karena berbagai kepentingan dan tuntutan yang terjadi dalam masyarakat terhadap penggunaan musik, maka berdampak pula kepada fungsinya, sehingga fungsi musik pun menjadi bertambah. Berdasarkan perumusan fungsi tersebut dan dikaitkan dengan kesenian Randai, fungsinya dapat dilihat berdasarkan pemahaman yang terkonsepsi dalam masyarakat Minangkabau, baik melalui pemusiknya maupun masyarakat sebagai penyelenggara, atau melalui sebuah pengamatan. Musik tradisional sangat lazim digunakan sebagai suatu bentuk ekspresi masyarakat. Musik ini banyak digunakan dalam kegiatan rakyat biasa sehingga bersifat lebih sederhana dan santai. Demikian pula masyarakat Minangkabau, walaupun mereka hidup di luar lingkungan budaya Minang, tetapi konsep yang ada di alam pikiran masih mengacu kepada induk budayanya, bahkan ingin mempertahankanya di tempat di mana hi-dup. Aktivitas seni pertunjukan musik merupakan fenomena sosial budaya bagi masyarakat pendukungnya tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan individual, tetapi justru untuk mempertahankan struktur sosial masyarakatnya. Sangat disadari, bahwa selain berbagai ragam status identitas sosial masyarakat Minangkabau dapat diasumsikan masih memiliki kebiasaan dalam 155Vol. 15 No. 2, Desember 2014melaksanakan berbagai cara tradisi Minangkabau yang dibangun dan dibawa oleh leluhurnya untuk melestarikannya. Pelestarian tersebut hingga menembus batas-batas etnis, sehingga segala bentuk atau nilai-nilai tradisi Minangkabau di mana pun masyarakat itu berada, secara sadar mereka akan berupaya dan mengupayakan untuk melestarikannya, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat bersangkutan. Seperti, pada kehidupan kesenian Randai sebagai salah satu jenis pamenan anak nagari yang didukung oleh musik internal dan musik eksternal, dapat mempertegas identitas sosial masyarakat Minangkabau yang hidup di tengah-tengah masyarakat global Merriam,1964 219-226.Dalam masyarakat, menakar identitas dapat dipantau melalui tiga bentuk, yaitu identitas budaya, identitas sosial, dan identitas pribadi Liliweri, 2002 95. Identitas budaya muncul karena seseorang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu, sedangkan identitas pribadi lebih berdasarkan pada keunikan karakteristik pribadi seseorang. Berkaitan dengan upaya mempertegas identitas sosial, tentu saja masyarakat Minangkabau yang berdomisili di luar wilayah budayanya, termasuk sebagai ma-syarakat perantau selain berusaha untuk dapat diterima sebagai anggota masyarakat pada umumnya dalam saling berinteraksi, juga masih memiliki ingatan kolektif atau pikiran kolektif Koentjaraningrat,1990 210-211 yang berwujud konsep dan khasanah budaya bagi masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun, sampai sekarang masyarakat tersebut sebagian besar masih tetap mempertahankan bahasa dan adat istiadat mereka Suseno,1999 11. Pertunjukan kesenian Randai kaitannya dengan penyelenggaraan upacara adat atau upacara ritual lainnya merupakan kegiatan penting. Hal ini secara tidak langsung dapat memberikan kepuasan atau pemenuhan akan rasa musikal serta ungkapan estetis terhadap masyarakat pendukungnya; di samping merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia pada umumnya setelah kebutuhan pokok terpenuhi Boas,1995 9. Selain memiliki nilai sosial untuk saling berinteraksi, berkaitan dengan rasa keidentitasan dalam keberagaman budaya, juga dapat mengembangkan seni budaya khususnya kesenian Eksternal Pendukung RandaiMusik eksternal pendukung Randai berupa alat-alat musik tradisional Minangkabau, seperti saluang, bansi, talempong, canang, gandang, dan rabab. Kehadiran alat musik dalam mengiringi Randai selalu dikaitkan dengan alek nagari, upacara keadatan atau acara lainnya yang diselenggarakan oleh masyarakat Minangkabu. Musik talempong bukan merupakan sesuatu yang sifatnya harus selalu ada dalam setiap pertunjukan Randai yang diadakan di tengah masyarakat. Namun, eksistensinya di tengah berbagai pamenan anak nagari permainan rakyat tersebut selalu memberikan identitas pada masyarakat sebagai tanda adanya alek nagari keramaian pesta rakyat. Dalam penyajiannya, alat musik talempong dapat terdiri atas beberapa alat musik pendukung, seperti gandang, saluang, rabab, canang, bansi, dan alat musik lainnya. Namun dalam permainan talempong kreasi, tidaklah mutlak alat musik yang digunakan ialah alat musik tradisional Minangkabau. Ada kalanya kreasi yang tampil dikombinasikan baik dengan alat musik daerah lain di Indonesia maupun alat-alat musik Barat, seperti gitar, biola, saksofone, klarinet, ute, dan keyboard. Talempong memiliki bentuk dan nama yang beraneka ragam. Nama dan bentuk alat musik tersebut sering disesuaikan dengan bahan baku yang dipakai pada proses pembuatannya, nama daerah asal alat musik, jumlah talempong yang digunakan, posisi alat saat dimainkan, serta penggunaannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa nama yang diberikan pada alat musik tersebut, seperti talempong batu di daerah Talang Anau Kabupaten 50 Kota yang terbuat dari batu, talempong batuang di nagari Sungai Talang Kabupaten 50 Kota yang terbuat dari batuang bambu, talempong aguang yang dipakai untuk upacara-upacara adat yang penuh dengan berbagai kebesaran agung, talempong pacik yang dimainkan dengan dipacik dipegang dan talempong kreasi yang merupakan musik sebagai hasil kreativitas orang yang memainkannya. 156Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian RandaiTalempong di Minangkabau dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama, Talempong Pacik yang dipegang dan kedua, Talempong Real yang diletakkan di atas rancakan. Talempong Pacik dapat dimainkan sambil duduk, berdiri, dan berjalan; sedangkan Talempong Real mempunyai dua model real rancakan, yaitu berukuran rendah sehingga dapat dimainkan sambil duduk di atas tikar dan berukuran tinggi yang dapat dimainkan sambil berdiri atau duduk di kursi. Gandang yang digunakan pada musik talempong kreasi sebanyak dua buah, namun hal ini tidak mutlak harus dua buah. Dapat saja dalam sebuah pertunjukan menggunakan satu gandang atau lebih dari dua gandang, ini disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan kebutuhan. Gandang 1 berfungsi sebagai alat musik pengatur tempo gerak galombang. Perjalanan motifnya diusahakan teratur dengan sedikit variasi untuk bagian-bagian tertentu dari lagu yang sifatnya menguatkan momen tertentu pada sebuah iringan musik. Gandang 2 berfungsi sebagai gandang paningkah dan memberikan improvisasi pada bagian-bagian tertentu dari iringan musik, seperti pada singkop-singkop dan rovel-rovel. Dalam permainan gandang, improvisasi pemain dalam menghidupkan suasana, sehingga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertunjukan secara Internal Pendukung RandaiMusik internal, yaitu musik yang dibangun oleh penari itu sendiri yang menghasilkan ritme bunyi dari tubuh penari, seperti vokal, tepuk tangan, petik jari, siulan, hentakan kaki, dan sebagainya. Musik internal dikembangkan berdasarkan hasil eksperimen penari. Misalnya eksperimen terhadap bunyi yang berasal dari mulut didasarkan pada eksplorasi pada sumber bunyi tersebut. Eksplorasi merupakan salah satu cara penting yang dilakukan komponis dalam membuat sebuah komposisi, karena eksplorasi menjadi penunjang ide kreatif Dewi, 2013 110. Salah satu bentuk vokal yang cukup populer di Minangkabau yaitu dendang yang berirama gembira dan ratok ratap yang berirama sedih. Penting sebagai pendendang mengalami, mempelajari, dan merasakan perbedaan karakteristik dendang dan ratok. Seperti halnya dalam gamelan laras slendro lebih cocok untuk mengiringi tari-tarian yang bersifat gembira, terbuka, dan meriah. Sebaliknya tarian bedaya yang anggun, agung, dan berwibawa lebih memilih diiringi gending yang berlaras pelog Daruni, 2013 167. Dengan demikian tujuan untuk memberikan baik jiwa tari maupun dendang sesuai dengan suasana karakteristik yang diinginkan. Alat musik pukul gandang Alat musik tiup saluang Alat musik gesek rababAlat musik pukul talempong Alat musik tiup bansi'ĂŵďĂƌλDƵƐŝŬĞŬƐƚĞƌŶĂůDŝŶĂŶŐŬĂďĂƵ;&ŽƚŽZƵƐƟLJĂŶƟμκλξͿ 157Vol. 15 No. 2, Desember 2014Dendang berarti lagu, berdendang berarti bernyanyi. Dendang termasuk salah satu seni musik tradisi Minangkabau yang berbentuk vokal atau suara yang dihasilkan oleh manusia. Dendang adalah suara yang dilagukan manusia dan sangat berfungsi dalam pelaksanaan sebuah cerita Randai. Suara dendang itu untuk memberi batas peralihan dari adegan satu ke adegan berikutnya dan untuk menjelaskan jalan cerita yang tidak begitu penting untuk didialogkan antara para tokoh lakon cerita, sehingga dengan dendang jalan cerita tidak terputus dan dapat diikuti melalui syair dendang yang dinyanyikan oleh pendendang. Namun ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa kehadiran dendang dalam Randai berfungsi sebagai pengatur cerita dari satu adegan ke adegan berikutnya. Jenis dendang yang digunakan dalam Randai tergantung dari jumlah legaran atau adegan cerita Randai. Sekarang sudah menjadi kesepakatan bagi seluruh seniman, bahwa dendang yang digunakan akan selalu dimulai dengan dendang Dayang Daini sebagai dendang persembahan, kemudian dilanjutkan dendang Simarantang untuk legaran atau adegan pertama. Dendang untuk legaran-legaran di tengah menggunakan dendang bebas sesuai menurut suasana cerita itu sendiri, dan legaran terakhir menggunakan dendang Palayaran. Bentuk penampilan dendang dalam Randai dimaksudkan untuk menyampaikan sesuatu, misalnya menyampaikan keadaan dalam perjalanan, perpindahan legaran, dan mengatur langkah gerak. Selain pendendang yang mengalunkan dendang yang dibawakannya, mereka juga diikuti oleh anak randai atau penari galombang pada setiap baris akhir dendang secara bersama-sama. Dendang dalam Randai tidak selalu dibarengi dengan karawitan karena untuk pengatur gerak langkah dapat diiringi dengan dendang umum, dendang dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu dendang ratok dan dendang gembira. Dilihat dari bentuk melodinya, dendang ratok termasuk dendang yang berirama bebas, sedangkan apabila dilihat dari unsur syair atau isi pantunnya, dendang ratok berisi ungkapan perasaan yang gundah dan sedih, yang meratapi nasib sambil berdendang. Dendang gembira merupakan ungkapan kegembiraan. Syair atau pantun-pantun yang dilantunkan umumnya berisi ungkapan sukacita. Jenis dendang yang digunakan dalam Randai tergantung dari jumlah legaran cerita yang dibawakan. Berikut ini adalah peranan dendang dalam Randai a Dendang pasambahan. Sebagai peng-hormatan kepada penonton, pasambahan me-ngawali setiap pertunjukan dimaksudkan untuk meminta keridhoan Tuhan Yang Maha Esa, juga menghaturkan maaf kepada para penonton. Den-dang pasambahan diambil dari dendang ratok yaitu Dendang Dayang Daini; b Dendang pengatur ade-gan. Sebelum akting dan dialog legaran pertama dimulai, didahului dengan sebuah dendang yaitu Dendang Simarantang yang merupakan dendang untuk memulai legaran pertama, sehingga dialog dan akting pada masing-masing legaran dapat di-lakukan setelah diantarkan oleh sebuah dendang. Setelah dendang berakhir, ditutup dengan hep-ta’ kata seru dalam Randai dan tapuak galembong; c Dendang sebagai penentuan tempat. Semua peris-tiwa dan kejadian dalam cerita dapat diketahui dan dimengerti melalui dendang, seperti dalam salah satu cerita yang lain ketika si tokoh pergi meran-tau, kisah perjalanannya didendangkan dengan Ratok Lawang yang disebut juga dendang penen-tuan tempat; d Dendang sebagai penyampaian cerita. Peristiwa dan kejadian yang disampaiakan melalui dendang, sebagai contoh dalam Cindua Mato, cerita ini diangkat oleh kelompok Koto Sing-galang Padang Panjang, dengan kisah Puti Bungsu dan anak Bundo Kanduang. Kisah dalam cerita ini tidak disampaikan dalam dialog, tetapi dengan dendang; e Dendang sebagai penentuan suasana. Cerita diangkat dari Kaba, peristiwa, dan kejadian dalam kehidupan masyarakat setempat. Menurut Harymawan dalam bukunya Dramaturgi bahwa peristiwa dan kejadian dalam cerita ada dua bentuk yaitu tragedi cerita duka dan komedi cerita suka. Cerita yang disajikan berbentuk tragedi, maka den-dang yang dibawakan jenis Dendang Ratok ratap, sebaliknya cerita komedi dengan suasana gembira, maka dendang yang dibawakan bersifat ritmis dan riang; f Dendang sebagai penutup cerita. Dalam komposisi karawitan bila gending akan berhenti, maka selalu ada tanda henti yang harus dilaku-kan oleh pengendang pada lagu kalimat tertentu. 158Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian RandaiAkan tetapi dalam penyajian, hal tersebut dapat diketahui melalui dendang penutup cerita yaitu Dendang Palayaran. Dalam berdendang tidak ada aturan khusus seperti sistem notasi Barat, tangga nada solmisasi dan sistem accord. Memainkan dendang Minangkabau boleh dikatakan tidak ada sistem yang terdapat pada musik Barat yang merupakan aturan-aturan yang baku dan berlaku secara umum Martamin, 1988 13. Meskipun demikian, secara tradisi-onal dendang Minangkabau mempunyai aturan tersendiri, hanya saja tidak dapat didenisikan secara jelas seperti yang terdapat pada sistem notasi. Hal itu memungkinkan setiap pendendang mempunyai cara atau gaya tersendiri kiek dan garinyiek dalam berdendang, sehingga pelahiran dendang akan memberi warna khas bagi pendendang yang satu dengan pendendang yang lain. Kotska 2006 176 menjelaskan bahwa terdapat beberapa ciri musik tanpa nada yang ditetapkan selain gaya tonal, yaitu musik tidak mempunyai pusat tonal. Aspek ini mempunyai sifat subjektif, bagi dua pendengar, mungkin berbeda pendapat mengenai sejauh mana pusat tonal yang boleh didengar di dalam sebuah karya musik tertentu Batubara, 2013 94. Berikut adalah urutan teknis penyajian Randai1. Dengan aba-aba dari janang, seluruh pemain masuk ke dalam arena membentuk dua baris berbanjar dengan langkah silat membentuk lingkaran galombang. Pemain yang lain membalas kata “hep-ta” atau “ais-ta” dengan kata yang sama berulang-ulang sebanyak empat kali secara bersama-sama. Sebelum pertunjukan dimulai, terlebih dahulu dimainkan alat-alat musik tradisi terdiri atas talempong, sarunai, bansi, dan gandang. Fungsi bunyi-bunyian ini sebagai pemanggil dan tanda adanya suatu acara tertentu. Memanggil masyarakat penonton merupakan suatu acara pertama sebelum pertunjukan Setelah seluruh pemain siap berada dalam arena, salah seorang pemain berdiri di tengah arena. Pemain ini dinamakan janang yang fungsinya sebagai Setelah itu, tukang goreh memberi kode “hep-ta”, maka seluruh anak randai duduk berjongkok. Kemudian pembawa gurindam mulai berdendang Dayang Daini sebagai dendang persembahan kepada seluruh Setelah selesai dendang Dayang Daini, tukang goreh memberi kode untuk berdiri dan bergerak dalam lingkaran galombang Salah seorang berdiri di tengah lingkaran galom-bang untuk menyampaikan kata-kata persem-bahan kepada penonton. Setelah persembahan selesai, tukang goreh memberi tanda dengan suara kode “hep-ta” untuk mengajak para pe-main berdiri dengan bergaya silat. Kemudian dilanjutkan dengan gerak galombang berikutnya yang diiringi dengan Dendang Simarantang un-tuk adegan Dendang Simarantang dinyanyikan beberapa kali, tergantung dengan panjangnya gerak galombang, kemudian dilanjutkan dengan tampilnya tokoh lakon cerita yang berakting di dalam arena lingkaran galombang. Begitulah Gambar 2. Kelompok musik yang mengiringi gerak galombang dari Dendang Samarantang hingga Dendang Palayaran;&ŽƚŽZƵƐƟLJĂŶƟμκλξͿGambar 3. Kelompok Saluang Dendang kadang-kadang sebagai selingan adegan galombang ;&ŽƚŽZƵƐƟLJĂŶƟμκλξͿ 159Vol. 15 No. 2, Desember 2014selanjutnya adegan demi adegan sampai legaran terakhir. Antara tokoh yang satu dengan yang lain bergantian menyampaikan dialog sesuai dengan naskah Kadang-kadang dalam pertunjukan, pada waktu anak randai duduk melepoh istirahat, tidak di-tampilkan tokoh cerita tetapi diselingi dengan tarian perintang variasi hiburan, seperti tari pi-ring, pencak silat atau saluang dendang. Dengan selingan ini, perlu adanya variasi acara, sehingga akan lebih menggairahkan para penonton dari kejenuhan. Syair dendang menggunakan bahasa daerah Minangkabau, begitu juga musik tradisional menggunakan alunan melodi dan irama yang menunjukkan ciri khas keminangannya. Misalnya, syair dendang lagu alunan melodinya menggunakan nada-nada dari tangga nada yang tersusun atas tangga-tangga nada diatonis. Musik tradisional merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, setiap kebudayaan dengan masyarakat sebagai pendukung kebudayaan yang disangganya pasti sudah melekat erat di dalam sanubarinya. Musik daerah merupakan salah satu bentuk gambaran kebudayaan suatu daerah, selain tarian, pakaian, dan adat kebiasaan lainnya. Melalui musik daerah dapat dikenali daerah asal musik itu dan ciri budaya masyarakatnya. Misalnya ketika mendengarkan permainan talempong pacik langsung diketahui kalau itu adalah musik daerah Minang, atau bunyi gamelan itu dari Jawa Tengah, bukan dari Kalimantan. Maka dapat dikenalinya lewat karakter permainan talempong atau gamelan terutama lewat suara, irama, dan lagunya. Karakter inilah yang menggambarkan identitas dan ciri khas suatu daerah. Salah satu contohnya adalah irama musik gamelan Jawa yang umumnya terdengar melantun halus dan lembut. Hal ini menunjukkan budaya orang Jawa yang menekankan tutur kata yang halus, ramah, dan sopan. Dari pengertian dan ciri-ciri musik tradisional tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa musik tradisi cenderung bersifat eksklusif. Artinya, musik ini tidak dapat dinikmati secara luas oleh masyarakat di luar kebudayaan yang melahirkan musik tersebut. Komposisi, fungsi, nilai, dan karakteristik syair musik tradisi suatu masyarakat sangatlah khas sehingga tidak mudah untuk dinikmati atau diterima sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat lain. Oleh karena itu, musik tradisi cenderung kurang dapat berkembang sehingga musik ini sering disebut sebagai musik tradisional. Analisis fungsi musik di dalam masyarakat merupakan sebuah pengkajian terhadap sebab-sebab mengapa musik tersebut digunakan, sehingga dampak dari penyelenggaraan musik itu mencapai tujuannya yang paling utama. Dengan kata lain, apa yang diberikan musik untuk manusia, itulah fungsi musik bagi manusia. Pandangan tentang fungsi musik bagi masyarakat dikemukakan Soedarsono 2002, yang membagi fungsi musik pada masyarakat ada tiga macam, yaitu 1 sebagai sarana upacara, 2 sebagai sarana hiburan pribadi, dan 3 sebagai sarana penyajian estetis. Berdasarkan pendapat tersebut, fungsi musik talempong kreasi di dalam masyarakat pendukungnya dapat dianalisis disesuaikan dengan maksud dan tujuan penyajiannya di tengah masyarakat. Talempong kreasi biasanya disajikan pada upacara penyambutan tamu, upacara batagak panghulu dan upacara pesta perkawinan. Dari upacara-upacara yang diselenggarakan tersebut, musik talempong kreasi memiliki makna dan fungsi tersendiri baik oleh pihak penyelenggara upacara maupun pihak yang menyaksikan upacara, dalam hal ini undangan, tamu, dan unsur masyarakat lainnya. Fungsi Musik Randai dalam Masyarakat MinangFungsi ekspresi emosional lahir secara spontan dari dalam diri pemain Randai. Setiap manusia mempunyai ekspresi emosional yang berbeda-beda tergantung pada interpretasi terhadap sesuatu yang dilihatnya, untuk mengungkapkan rasa suka, duka, senang atau tidak senang, terharu, sedih, riang, dan gembira saat menyaksikan sajian kesenian Randai. Dengan diperdengarkannya baik musik internal maupun musik eksternal pengiring Randai, maka secara langsung atau pun tidak langsung akan menimbulkan atau membangkitkan emosional saat menyaksikan pertunjukan tersebut. Misalnya, saat dendang yang dibawakan dengan iringan 160Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian Randaimusik ini bernuansa atau bertema parasaian, kegagalan, kekecewaan dan seterusnya, apabila secara spontan membawa dampak pada masyarakat untuk mengekspresikan emosionalnya, seperti meneteskan air mata sedih dan terharu, maka dikatakan bahwa sajian dendang yang ditampilkan tersebut mempunyai fungsi ekspresi emosional. Hal ini sesuai dengan penjelasan bahwa musik dapat memenuhi fungsi yang pertama dari 10 fungsi musik bagi masyarakat Merriam, 1987.Fungsi komunikasi merupakan bagian ter-penting dalam berinteraksi antar penonton dan tontonan Randai. Bentuknya disesuaikan dengan lingkungan dan peradaban setiap manusia. Ko-munikasi memberikan beberapa keuntungan, di antaranya dapat memperoleh ilmu dan informasi. Dengan demikian, komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses pertukaran informasi antar in-dividu melalui sistem lambang, tanda, dan tingkah laku. Pada pertunjukan musik Randai, tanda yang dapat ditangkap oleh masyarakat ialah bunyi-bu-nyian. Bunyi-bunyian dimaksud ialah bunyi ins-trumen musik yang diperdengarkan oleh musik eksternal. Tanda ini memberikan informasi kepada masyarakat, bahwa telah ada sebuah upacara adat yang melibatkan musik tradisional Minangkabau Bahar, 2009 252, misalnya upacara pesta perka-winan dan upacara penyambutan tamu. Masyarakat akan memberikan respon dengan berkunjung baik untuk meramaikan dan menyaksikan upacara yang dilangsungkan oleh penyelenggara upacara mau-pun hanya untuk menyaksikan pertunjukan musik talempong kreasi. Di sini dapat diamati bahwa pada satu sisi penyelenggara upacara telah menggunakan musik misalnya talempong pacik sebagai media ko-munikasi dengan masyarakat tentang upacara yang sedang dilangsungkan, yang berarti pula bahwa talempong pacik telah memenuhi fungsi keempat dari fungsi musik Merriam, 1987. Fungsi reaksi jasmani ditimbulkan karena adanya aksi yang diterima oleh penonton Randai. Aksi di sini ialah sajian musik internal dan music eksternal dalam mengiringan gerak galombang randai. Dengan penyajian musik ini, baik secara langsung maupun tidak langsung akan merangsang atau memancing masyarakat atau orang yang menyaksikan pertunjukan Randai untuk bereaksi. Reaksi tersebut dapat dalam berbagai bentuk, seperti reaksi dari sisi orang yang menyajikan pertunjukan Randai, yaitu jasmaninya ikut bergerak mengikuti tempo musik untuk mengekspresikan emosional dirinya memainkan musiknya. Selain dari itu, penonton yang banyak akan membuat para pemain musik akan tampil lebih bersemangat, sehingga kepuasan maksimum dapat tercapai, baik oleh orang yang menyajikan maupun yang menyaksikan pertunjukan Randai tersebut. Adapun reaksi orang yang menyaksikan penyajian Randai tersebut, dapat dilihat seperti ikut bergerak, menari atau bergoyang menyesuaikan gerak dengan irama yang didengarnya baik disadari ataupun tidak disadari. Fungsi musik keenam dari Merriam 1987 pun telah dipenuhi oleh musik hiburan. Secara umum musik internal dan musik eksternal pengiring Randai dalam pertunjukannya berfungsi sebagai media hiburan bagi masyarakat. Demikian pula halnya dengan musik saluang, bansi, canang, gandang, dan rabab. Talempong kreasi adalah musik tradisional Minangkabau yang telah dimodikasi baik dari sisi sistem tangga nada, maupun bentuk penyajian maupun alat-alat musik yang digunakan, walaupun instrumen musik pendukung utamanya tetap instrumen musik tradisi. Dalam penyajian musik pengiring Randai saat ini, beberapa alat musik tradisi sering dikombinasikan dengan musik yang sudah diprogram, yang dikenal dengan nama orgen tunggal. Musik orgen tunggal ini menggunakan keyboard tunggal sebagai alat musiknya, di mana telah tersedia bermacam-macam musik yang telah diprogram untuk kebutuhan pertunjukan musik secara umum dan bebas. Musik dalam sajian seperti inilah yang lebih banyak atau sering ditampilkan untuk berbagai bentuk kesenian Randai atau upacara keadatan yang diselenggarakan masyarakat. Begitu pula, dengan musik talempong kreasi dapat menyajikan lebih banyak pilihan lagu dan pilihan aliran musik, tentunya dalam bentuk yang telah termodikasi. Hal ini menyebabkan semakin banyak musik pengiring Randai yang berkembang sesuai dengan selera masyarakat yang mampu atau dapat ditampilkan dengan iringan musik internal dan eksternal. Bagi orang yang menikmati musik tersebut akan timbul dorongan dari dalam dirinya 161Vol. 15 No. 2, Desember 2014untuk ikut berekspresi atau bereaksi. Di sini dapat dikatakan bahwa orang yang menyaksikan pertunjukan Randai tersebut telah terhibur oleh penyajian musik internal dan musik eksternal yang telah disajikan. Tingkat keterhiburan masyarakat menyaksikan pertunjukan musik memberikan signal bahwa musik tersebut telah berfungsi sebagai media hiburan bagi masyarakat, sesuai fungsi ketiga dari fungsi musik bagi masyarakat Merriam,1987.PenutupDapat dikatakan bahwa Randai merupakan salah satu bentuk kesenian Minangkabau didukung oleh penari yang menghasilkan musik internal yang dibangun oleh penari itu sendiri, seperti tapuak galembong, suara “hep ta” atau “ais ta”, tapuak paha, petik jari, tapuak tangan, hentakan kaki, dan sebagainya. Pertunjukan Randai mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 1 para penari bergerak dalam lingkaran besar; 2 sumber gerak penari galombang bersumber dari pencak silat; 3 karakter tokoh diungkapkan melalui akting dan dialog; 4 cerita disampaikan dalam adegan demi adegan; 5 dendang sebagai pembatas antara suatu adegan ke adegan berikutnya. Randai didukung oleh jumlah pemain antara 15 sampai 25 orang. Para pemain itu merupakan satu kesatuan kelompok pemain galombang yang menghasilkan irama bunyi tapuak galembong yang sangat atraktif dalam ceritera Randai. Akan tetapi, kesatuan kelompok itu tidak mengikat setiap individu pemain yang lain, karena pemain bebas dalam mengikuti lingkaran galombang. Bahkan kadang-kadang seorang pemain dapat keluar dari lingkaran galombang sebelum berakhir. Ketiadaan pemain tersebut tidak mengganggu jalannya Randai yang memang tidak ada ketetapan jumlah pemain. Ceritera yang digunakan biasanya diangkat dari kaba cerita yang terdapat di Minangkabau. Dalam sebuah naskah Randai terdapat dialog, suasana, tempat, adegan, dan peristiwa. Penyampaian kaba cerita melalui akting, dialog, dan lagu yang diiringi dengan alat-alat musik tradisional Minangkabau. Galombang untuk mengalihkan suasana dari satu adegan ke adegan berikutnya menggunakan tari, pencak, dan silat. Pengolahan gerak galombang merupakan stilasi yang halus, tetapi tetap berciri pencak silat. Hal ini kemungkinan merupakan salah satu ciri untuk membedakan gerak dalam Randai yang mempunyai kesan kekuatan cepat, gesit, dan tangkas dengan gerak dalam tari yang menimbulkan keindahan lembut, halus, dan ringan. Dendang dalam Randai mempunyai fungsi sebagai irama pengatur gerak. Randai itu selalu diawali dengan Dendang Dayang Daini sebagai pembukaan dan Dendang Simarantang sebagai pengatur gerak galombang pada adegan pertama, sedangkan Dendang Palayaran untuk mengiringi gerak galombang pada adegan terakhir. Adapun adegan kedua dan selanjutnya bebas menentukan jenis dendang. Selain dendang sebagai pengatur gerak juga berfungsi untuk menyampaikan kaba cerita.KepustakaanBahar, Mahdi. 2009. Musik Perunggu Nusantara. Perkembangan Budayanya di Minangkabau. Bandung Sunan Ambu STSI Junita. 2013. “Overture dalam Opera Kehidupan Dua Zaman-Hikayat Siboru Deakparujar Penggabungan Elemen Opera Barat dan Opera Batak” dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol 14 Desember 2013 93-103Boas, Franz. 1955. Primitive Art. New York Dover 2013. “Limbuk Cangik sebagai Inspirasi Perancangan Koreogra Duet Sih Biyung” dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol. 14 Desember 2013 Maria Octavia Rosiana. 2013. ”Konsep Minimax Slamet Abdul Sjukur dalam Musik “Uwek-Uwek” dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol. 14 Desember 2013 dkk. Minangkabau. Bandung P4ST Dt. Malako Nan Putiah. 2007. Mambang-kik Batang Tarandam Dalam Upaya Mewa-riskan dan Melestarikan Adat Minangkabau Menghadapi Modernisasi Kehidupan Bangsa. Jakarta Citra Umbara. 162Sri Rustiyanti. Musik dalam Kesenian RandaiKartomi, Margaret J. 1990. “Minangkabau Musical Culture e Contemporary Scene and Recent Attemps at Its Modernization”, dalam Glovia Davis ed. What is Modern Indonesia Culture. Ohio Ohio University Press. ___________. 1990. On Concepts and Classications of Musical Instruments. Chicago University of Chicago Press. Kostka, Stefan. 2006. Material and Techniques of Twentieth-Century Music. New York Oxford University 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta Rineka 1982. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta UI Evert S. 1992. Teori Migrasi. Yogyakarta Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta Lkis. Martamin, Marjani. 1988. “Dendang Minangka-bau” [Laporan Penelitian]. Padang Panjang Allan P. 1987. e Anthropology of Music. Chicago North Western University Franz Magnis. 1999. Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafati tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta 2003. “Gending Dalam Pandangan Orang Jawa Makna Fungsi Sosial, dan Hubungan Seni” dalam Hermien Kusmayati ed. Kembang Setaman, Persembahan Untuk Sang Maha Guru. Yogyakarta BP ISI Yogyakarta. ... Ranup Lampuan dance music is music that is used to support the Ranup Lampuan dance in accompanying the dance. Music is often created as a complement to the dramatic needs of the stage Rustiyanti, 2015, meaning that musical accompaniment is an important part of dance performances, music is a partner who can liven up the atmosphere of dance in its performance Sepdwiko, 2022, From this description, it can be seen that music has an important role to support aspects of dance performances both in terms of movement and building an atmosphere. ...Alhari AlhariBondet WrahatnalaAris SetiawanThis study aims to reveal the form of presentation of ranup lampuan dance music in the intat linto baroe procession in the city of Banda Aceh. Ranup Lampuan dance music is music that is used to accompany the Ranup Lampuan dance in the procession of welcoming guests in Acehnese society. This study used a qualitative research method, a descriptive research type with an ethnomusicological approach. The results of this study reveal that the music of the ranup lampuan dance in the city of Banda Aceh is presented in several traditional events such as the intat linto procession which contains social values in the community, in the intat linto event the musicians in ranup lampuan have two roles, namely; as musicians from the guest party escorting the Linto group and as musicians for the host party dara baroe to accompany the ranup lamp dance. The presentation of Ranup Lampuan dance music has supporting elements, namely Musicians, musical instruments, costumes or clothing, venues, and notations.... Secara musikal penggarapan alat-alat musik dalam Randai, terdapat tiga cara, yaitu 1 Menghitung jumlah ketukan pada setiap pengulangan, perubahan gerak galombang, atau dapat juga dengan mengambil musik yang telah ada kemudian mencocokkan dengan jumlah ketukan gerak galombang tersebut; 2 Gerak galombang yang tidak mempunyai ritme ritme bebas yang tidak dapat ditentukan ketukannya, dapat diiringi dengan dendang yang tidak mempunyai ritme pula, seperti pada dendang Banda Sapuluah atau Palayaran dendang yang bersifat ratok/ ratap; 3 Apabila terjadi perubahan baik pada gerak galombang maupun gerak musik, harus dengan memberi kode-kode tertentu. Kadang-kadang antara musik dan gerak bersifat kontras, maksudnya gerak yang mempunyai ketukan teratur/terikat diiringi dengan musik yang ketukannya bebas atau sebaliknya Rustiyanti, 2015. ... Dede PramayozaEmri EmriSusas Rita LoraviantiThis paper describes the implementation of the Randai Creation Workshop in South Solok Regency, which was carried out by ISI Padangpanjang Community Service Team. The workshops are carried out with problems solving approach and artistic research, which are oriented towards finding answers to problems through the practice of artwork creation. The process of creating Randai began with shared research for folklore that developed in South Solok, using the Focus Group Discussion FGD method, which resulted in findings in the form of the Bancah Birunguik story, which was then processed together as a screenplay. The process of creating Randai continued with the creation of Legaran with the method of practical mentoring, which departed from the repertoire of Silek Luncua, a silek genre that developed in South Solok. The last process of the workshop, also employing the method of practical assistance, is the blending of movements with sounds. This process is codified as an aspect of Randai musicality, using the Balam-Balam sung from Saluang Panjang tradition, a type of South Solok traditional song, as the main guide. The results of the workshop are several scenes of Randai as an embryo that can be developed into the typical Randai repertoire of South Solok.... Bunyi yang disebabkan tanpa adanya alat disebut dengan musik internal. Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh manusia, misalnya tepukan tangan, petik jari, tepuk dada, siulan,hentakan kaki ke tanah dan sebagainya Rustiyanti, 2015. Musik internal muncul dengan cara membunyikan tempo bacaan dengan hentakan kaki dalam proses pembacaan puisi. ...Muhammad Sirojul MuniirSoerjo Wido MinartoIka Wahyu WidyawatiThis study explores the performance style of a theater artist who reads poetry. Every poet has his own style of performance due to the appreciation factor, the theme of the poem, and the concept imagined by a poet in conveying the message of a poem. The purpose of this study was to describe and analyze the presentation of Iman Soleh’s poetry reading performance when he read his poem entitled “Air, Burung dan Nenek Moyang”. The research method used was descriptive qualitative with data analysis in the form of interviews with three sources. The sources in this study were Iman Soleh as a poet and a poetry reader, Peri Sandi Huizche as a theater activist, and Dohir Harliato as a theater practitioner. Observations are aimed to describe more detail about Iman Soleh's poetry reading performance through his YouTube videos and poem texts given by the poet. Data analysis that was used was interpretation to understand the presentation of Iman Soleh's poetry reading performance. The results showed three factors that influence Iman Soleh's poetry reading performance. These factors are Iman Soleh's personal appreciation, personal style as a result of the creative process as a poet, and Iman Soleh's poetic characteristics Keywords poetry presentation, performance style, personal expression Abstrak Penelitian ini mengeksplorasi gaya penampilan seorang seniman teater pembaca puisi. Setiap penyair mempunyai gaya penampilan tersendiri. Hal tersebut disebabkan oleh faktor penghayatan, tema puisi, dan konsep yang dibayangkan seorang penyair dalam menyampaikan pesan dari sebuah puisi. Tujuan penelitian ini adalah melakukan deskripsi dan analisis presentasi penampilan penyair Iman Soleh ketika membacakan puisi berjudul “Air, Burung, dan Nenek Moyang”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan data analisis berupa hasil wawancara dengan narasumber. Narasumber dalam penelitian ini adalah Iman Soleh sebagai penyair dan pembaca puisi, Peri Sandi Huizche sebagai aktivis teater dan Dohir Harliato sebagai praktisi teater. Observasi ditujukkan untuk mengamati lebih cermat penampilan baca puisi Iman Soleh melalui video YouTube miliknya dan teks puisi yang diberikan penyair. Analisis data menggunakan interpretasi untuk memahami presentasi penampilan baca puisi Iman Soleh. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga faktor yang mempengaruhi penampilan pembacaan puisi Iman Soleh. Faktor tersebut adalah penghayatan pribadi Iman Soleh, gaya pribadi hasil proses kreatif sebagai penyair, dan karakteristik kepenyairan Iman Soleh Kata kunci presentasi puisi, gaya penampilan, ekspresi personal... Randai also participates in migrating along with the migration of its population to other areas. Rustiyanti 2014 explained that Randai is supported by the people who live in West Sumatra and the distribution area of the community. Samad Bin Kechot 2009 said that the folk theater in Seremban Malaysia is a form of Randai performance originating from Minangkabau. ...This article reveals the changes in form and style of the Randai performance performed by the Minangkabau’s diaspora in Malaysia. The novelty of this research is the study of changes in forms and styles in Randai carried out by the Malaysian Minangkabau diaspora. The disconnection of socio-cultural communication and the long distance between Minangkabau and Peninsular Malaysia impacts the shift in forms and styles of Randai in the Minangkabau diaspora. This research was conducted qualitatively by designing research works such as pre-field studies, by collecting preliminary data based on a diffusion approach. In the field stage, the informants were selected by snowball sampling. The interview and observation instruments were designed based on the performance structure and performance procedures. Researchers conducted data analysis using the techniques recommended by Spradley, namely 1 domain analysis, 2 taxonomic analysis, 3 componential analysis, and 4 discovering cultural themes. The study results revealed that the forms and styles were caused by mixing cultures between the diaspora and the Malaysian Malays. These changes were done so that the local community could accept Randai. In addition, Randai can be easily learned and cultivated by the Malay Malays and easily expressed by the Malaysian community and the Minangkabau diaspora as the perpetrators of Randai. These changes occur through a process of adaptation and acculturation. The implication of this research is the emergence of a new Randai model, namely Randai, which refers to local culture, both from the aspect of the story, Silat style, and music, as an identity and tradition for the Malaysian Minangkabau diaspora for the future.... On the other hand, the other factor that makes Randai unpopular is the lack of government attention or various gaps that occur in the community. It seems to have an impact on Randai facilities which makes young people unable to learn it Rustiyanti, 2014. ... Herry Nur HidayatFilm bermuatan Minangkabau dapat dipandang mengandung wacana dengan tujuan tertentu. Penelitian ini menguraikan pemaknaan terhadap wacana etnik Minangkabau dalam film ini juga menunjukkan sisi lain di balik etnisitas Minangkabau. Salah satunya adalah keterbukaan Minangkabau terhadap perubahan dan pengaruh dari luar etniknya. Penelitian ini menjawab pertanyaan dan sekaligus mengisi kesenjangan antara pemahaman etnisitas dengan sifat fiksionalitas sebuah karya seni film. Penelitian ini menggunakan kerangka analisis wacana kritis terhadap film- film bermuatan Minangkabau. Adapun sumber data penelitian adalah sembilan judul film, yaitu Harimau Tjampa 1953, Salah Asuhan 1972, Para Perintis Kemerdekaan 1977, Merantau 2009, Di Bawah Lindungan Ka’bah 2011, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck 2013, Tabula Rasa 2014, Surau dan Silek 2017, dan Liam dan Laila 2018. Penelitian ini memandang film sebagai proses sosial sekaligus produk proses sosial. Oleh karena itu, aspek tekstual pemaknaan dan aspek produksi menjadi perhatian dalam penelitian ini. Proses produksi di sini dalam artian tujuan produksi dalam kerangka analisis wacana kritis. Secara umum, analisis terhadap naratif pengisahan sembilan film Indonesia bermuatan etnik Minangkabau ini menunjukkan tiga pola representasi etnik Minangkabau. Pertama, era awal industri perfilman yang sekaligus era awal kemerdekaan 1950-an, yaitu representasi etnik Minangkabau dalam film yang menunjukkan pola dasar pencarian dan penentuan etnik Minangkabau sebagai bagian dari Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui keakuratan representasi etnik Minangkabau dalam film dan penggunaan bahasa Indonesia yang cukup formal. Kedua, era 1970-an hingga 1990-an yang menunjukkan representasi etnik Minangkabau sebagai bagian dari Indonesia. Problem dan masalah sosial yang bersifat general serta peran Minangkabau dalam perjuangan kemerdekaan dikemukakan secara signifikan. Di samping itu, representasi etnik Minangkabau dalam film juga turut membangun karakter “film nasional”. Ketiga, era tahun 2000-an hingga sekarang. Tanpa disadari, pada era ini Minangkabau telah menjadi sebuah komoditas industri. Kemunculannya dalam film tidak lagi murni merepresentasikan keminangkabauan. Minangkabau dalam film hanya sebatas sarana penceritaan yang sekaligus membangun wacana dalam latar belakang ekonomi dan industri. Analisis terhadap wacana etnik Minangkabau yang muncul dalam film bermuatan Minangkabau ini diperoleh dua wacana besar dalam kesembilan film tersebut. Pertama, wacana perubahan sosial yang terjadi di Minangkabau. Hal ini direpresentasikan melalui pertentangan sistem kekerabatan matrilineal dengan sistem keluarga inti, motif merantau yang cenderung ekonomis, penolakan perjodohan, peran dan kedudukan mamak dan kamanakan, serta peran dan kedudukan perempuan. Kedua, wacana kehidupan multietnik masyarakat Minangkabau baik secara internal maupun eksternal. Hal ini muncul melalui representasinya dalam sistem perkawinan dan merantau. Adapun latar belakang terbangunnya wacana etnik Minangkabau dalam film Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, dihadirkannya keminangkabauan dalam film merupakan representasi Minangkabau sebagai komoditas dalam dunia industri kreatif berbasis budaya. Kedua, Minangkabau dihadirkan sebagai wujud idealisme dan etnisitas sutradara. Hal ini dimaksudkan sebagai strategi untuk menyiasati tekanan dunia industri. Pada bagian-bagian tertentu, semangat etnisitas sutradara muncul sebagai sebuah strategi mengenalkan dan memahamkan penonton akan etnisitas Minangkabau sebagai bagian dari keragaman etnik di Indonesia. Strategi ini ditunjukkan melalui teknik-teknik sinematografi yang menunjukkan kekhasan Minangkabau. Wacana pertentangan dunia modern dengan tradisional telah membangun wacana etnik Minangkabau di dalam film sebagai “Minangkabau terbuka” yang indah, romantis, dan eksotik yang layak “dijual”. Di satu sisi, bangunan wacana etnik Minangkabau dalam film adalah hasil pengejawantahan sudut pandang dunia Barat terhadap Indonesia, terutama Minangkabau. Di sisi lain, dunia baru yang terbangun itu dapat pula dipandang sebagai wujud kesadaran akan keragaman etnik di ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu pasien yang sedang menjalani rehabilitasi yang sebelumnya menggunakan narkoba sebagai salah satu pengobatan. Terapi musik menjadi terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan kebagian otak yaitu sistem limbic yang mempunyai hubungan dalam perilaku emosional. Pada penelitian ini, terapi musik yang dilakukan adalah terapi musik pasif, alasan pemilihan terapi musik pasif karena terapi musik menjadi lebuh murah, mudah, dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya, di mana terapi musik tersebut dapat mengurangi rasa sakit, membuat fisik dan pikiran menjadi lebih rileks serta manfaat lain disesuaikan dengan muatan isi musiknya. Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan pasien. Hasil penelitan menunjukkan bahwa mendengar musik bisa menjadi salah satu solusi untuk membantu pasien yang sedang rehabilitasi bisa pulih sehingga para pasien ini bisa beraktivitas dan memiliki percaya diri untuk kembali melakukan kegiatannya dan dapat diterima masyarakat seperti kunci musik, terapi, narkoba, rehabilitasi Junita BatubaraThis research discusses the implementation of a music score into a collaboration of digital music, dance and poetry. The integration of the three arts is done by symbolizing human life from birth to adulthood. The researcher, as the creator of this Destination composition, intends to add to his repertoire by combining three different arts, namely, digital music, dance and poetry. This compositional work was created using qualitative, practice-based, practice-led and ethnographic methods. The process of making this work is by analyzing music score data taken from the results of field exploration and in combination with poetry and dance script data and then processed into the laboratory desk. The result is the creation of collaborative digital music, dance and poetry, based on the culture of human life and the author's background and life experiences. The work reflects the symbols of human life which are revealed in the poem entitled Directions of Life. Initially, Destination's composition work was a composite work created using cross-cultural combination elements of Western music, and Malay music gendang Malay. Furthermore, the work is processed into a collaboration that is carried out with a combination of motion, emotion, voice intonation and digital music. The result of the collaboration of Destination's compositions is to produce a performance that combines three different arts where music is the main focus in bringing out ideas and concepts of body movement and voice intonation from dancers and poetry readers. The ability to relate ideas or ideas to a musical concept, producing a new work with the collaboration of three different arts which can be used by musicians, practitioners, and educators in Indonesia. Penelitian ini mendiskusikan implementasi sebuah skor musik menjadi kolaborasi musik digital,seni tari dan puisi. Penggabungan ketiga seni tersebut dilakukan dengan cara symbol kehidupan manusia dari mulai lahir hingga dewasa. Peneliti sebagai pencipta karya komposisi destinatioan ini bermaksud untuk menambah repertoar dengan menggunakan penggabungan tiga seni yang berbeda yaitu, musik digital, tari dan puisi. Karya komposisi ini diciptakan dengan menggunakan metode kualitatif, practice-based, practice-led dan ethnographic. Proses pembuatan karya tersebut dengan melakukan analisa data skor musik yang diambil dari hasil eksplorasi lapangan dan kombinasi dengan data script puisi dan tari kemudian diolah ke dalam desk laboratory. Hasilnya adalah terciptanya kolaborasi karya seni musik digital, tari dan puisi, berdasarkan budaya kehidupan manusia dan latar belakang penulis dan pengalaman kehidupan penulis. Di dalam karya tersebut mencerminkan symbol-symbol kehidupan manusia yang terungkap dalam puisi yang berjudul Arah Kehidupan. Awalnya Karya komposisi Destination merupakan karya penggabungan yang diciptakan menggunakan silang budaya kombinasi elemen-elemen musik Barat, dan musik melayu gendang melayu. Selanjutnya karya tersebut diolah menjadi sebuah kolaborasi yang dilakukan dengan perpaduan gerak, emosi, intonasi suara dan musik digital. Hasil dari kolaborasi karya komposisi Destination adalah menghasilkan sebuah pertunjukan perpaduan tiga ilmu seni yang berbeda dimana musik sebagai fokus utama dalam memunculkan ide-ide dan konsep gerakan tubuh dan intonasi suara dari penari dan pembaca puisi. Kemampuan untuk mengaitkan idea atau gagasan terhadap sebuah konsep musik, menghasilkan sebuah karya baru dengan kolaborasi tiga seni yang berbeda dimana bisa digunakan oleh musisi, praktisi, dan edukator di RustiyantiAt present, the view of aesthetics has undergone a shift in line with the aesthetic concepts that have emerged in every era. This aesthetic transformation preserves cultural values in the Millennium Era, following along with the development of performing arts in Indonesia which are also growing. In the production of performing arts there is a need for continuous creativity. Creativity is a very important factor in the life of art, that at least creativity has three benefits a enabling humans to provide the strongest response to new situations, b reacting more strongly to old challenges, c organizing new situations and giving strong response to it. Creativity allows artists to improve the quality of the presentation of a new and original performance art. This paper is the result of the Research of the Consortium in the field of Art by raising three cultural phenomena that exist in the archipelago, namely Papua, Sunda, and Aceh. The structure of these three territorial territories is a name of virtual reality that is typical of PASUA's Augmented Reality AR Papua-Sunda-Aceh Performance Arts PA An augmented reality real time synchronization in the creation of performance art which describes the cycle of human life symbolized by the Sun. Beginning with the sun rising in Papua, it then shines on the land of Parahyangan, Sunda and finally sets in Aceh, the Veranda of dalam Opera Kehidupan Dua Zaman-Hikayat Siboru Deakparujar Penggabungan Elemen Opera Barat dan Opera BatakJunita BatubaraBatubara, Junita. 2013. "Overture dalam Opera Kehidupan Dua Zaman-Hikayat Siboru Deakparujar Penggabungan Elemen Opera Barat dan Opera Batak" dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol 14 Desember 2013 93-103Limbuk Cangik sebagai Inspirasi Perancangan Koreogra Duet Sih BiyungDaruniDaruni. 2013. "Limbuk Cangik sebagai Inspirasi Perancangan Koreogra Duet Sih Biyung" dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol. 14 Desember 2013 Minimax Slamet Abdul Sjukur dalam Musik "Uwek-Uwek" dalamMaria Octavia DewiRosianaDewi, Maria Octavia Rosiana. 2013. "Konsep Minimax Slamet Abdul Sjukur dalam Musik "Uwek-Uwek" dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol. 14 Desember 2013 Musical Culture e Contemporary Scene and Recent Attemps at Its ModernizationMargaret J KartomiKartomi, Margaret J. 1990. "Minangkabau Musical Culture e Contemporary Scene and Recent Attemps at Its Modernization", dalam Glovia Davis ed. What is Modern Indonesia Culture. Ohio Ohio University and Techniques of Twentieth-Century MusicStefan KostkaKostka, Stefan. 2006. Material and Techniques of Twentieth-Century Music. New York Oxford University Ilmu Antropologi. Jakarta Rineka CiptaKoentjaraningratKoentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta Rineka Migrasi. Yogyakarta Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah MadaEvert S LeeLee, Evert S. 1992. Teori Migrasi. Yogyakarta Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Budaya Dalam Komunikasi AntarbudayaAlo LiliweriLiliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta Dalam Pandangan Orang JawaWaridiWaridi. 2003. "Gending Dalam Pandangan Orang Jawa Makna Fungsi Sosial, dan Hubungan Seni" dalam Hermien Kusmayati ed. PengertianSeni Tari Menurut Para Ahli. 1. Aristoteles. Seni tari merupakan gerakan ritmis yang menghadirkan suatu karakter manusia saat mereka bertindak. 2. Pangeran Suryadiningrat. Tari merupakan gerakan yang dihadirkan oleh seluruh anggota tubuh seseorang yang dilakukan selaras dengan irama musik dengan maksud tertentu. 3.1. musik yang lahir dari perpaduan musik tradisi Indonesia dan musik dari luar Indonesia disebut musik.... a. dangdut b. melayu c. nontradisi d. nasional e. campuran 2. gambar atau foto yang digunakan untuk menjelaskan suatu naskah, teks atau tulisan adalah seni rupa.... a. dekorasi b. arsitektur c. kriya d. terapan e. kerajinan 1 E. campuran2 C. kriya5Fakta Amerika Benua Muslim yang Dimurtadkan. VIVA - Ternyata Amerika yang selama ini dikenal sebagai pusat kekafiran, rupanya justru lebih dulu mengenal Islam sebelum para penyebar agama lain dari Eropa yang menguasai negeri itu. Benua Amerika yang kita kenal saat ini ternyata memiliki hubungan sejarah yang sangat kuat dengan Islam. Pengertian musik eksternal? – musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung ritme, lagu, nada, dan harmoni terutama dari suara alat yang dapat menghasilkan ritme. Meskipun musik adalah jenis fenomena intuisi, untuk membuat, meningkatkan, dan menyajikannya adalah bentuk seni. Waditra adalah bentuk fisik dari alat musik tradisional yang ditemukan dalam seni musik sunda. Pengiring musik internal adalah iringan musik yang berasal dari tubuh, misalnya peluit, tepuk tangan, kaki yang menggedor, dll. Iringan musik eksternal berasal dari luar tubuh, misalnya iringan drum, piano, dll. Musik internal adalah musik atau suara yang berasal dari anggota tubuh manusia [penari], misalnya tepuk tangan, memetik jari, tepukan dada, bersiul, menumbuk kaki ke tanah dan sebagainya, sementara musik eksternal adalah suara atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen seperti talempong,. Apa Yang Dimaksud Dengan Musik Eksternal Pada Tari? MUSIK EKSTERNAL, adalah musik pengiring tari yang asalnya dari alat alat musik seperti gamelan, gendang, angklung atau alat alat penghasil instrument lainnya. Contoh tari yang menggunakan musik eksternal adalah tari gandrung, tari kandangan dan lain sebagainya. Apa Yang Dimaksud Dengan Iringan Eksternal? Iringan eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen. Apa Yang Dimaksud Dengan Musik Eksternal Dalam Tari? MUSIK EKSTERNAL, adalah musik pengiring tari yang asalnya dari alat alat musik seperti gamelan, gendang, angklung atau alat alat penghasil instrument lainnya. Contoh tari yang menggunakan musik eksternal adalah tari gandrung, tari kandangan dan lain sebagainya. Sistem kasta India yang merupakan tertua di dunia, berusia mencapai ribuan tahun, masih hidup hingga era modern kini. Sistem yang berasala dari Hindu, membagi masyarakat menjadi kelompok hierarki yang kaku berdasarkan karma yang berarti kerja dan dharma yang berarti tugas, seperti yang dilansir dar BBC pada 2019.. Baca juga: Perempuan Dalit: Kami Korban Kekerasan karena Miskin
Dilansirdari Ensiklopedia, musik yang berasal dari daerah disebut Musik Tradisional. Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. Musik Modern adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.
Sambamenonjolkan aura keseksian, bahkan disebut dapat membakar kalori dalam tubuh. Sebab gerakan tarian yang cepat membuat seluruh tubuh bergerak. Tarian Samba telah menjadi warisan dunia oleh UNESCO bidang kemanusiaan pada tahun 2005. 9. Tari Limbo. Tari Limbo berasal dari Afrika Barat. Limbo berasal dari kata Limber dengan arti lentur. KataGamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Gamelan Jawa adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. v6WD7Xy.